Minggu, 13 November 2011

Anak-anak yang Terampas Hidupnya Oleh Kanker

Hidup dengan kanker tidak pernah mudah, apalagi bagi anak-anak yang tentunya punya begitu banyak harapan dan cita-cita untuk masa depan. Hanya dengan semangat juang yang tinggi,anak-anak pengidap kanker berikut ini bisa tetap penuh semangat.
Salah satu anak pengidap kanker adalah Gitta Sessa Wanda Cantika alias Keke, yang pernah populer karena menulis puisi berjudul Surat Kecil untuk Tuhan, sesaat sebelum meninggal. Ia meninggal akibat Rabdomiosarkoma, sejenis kanker jaringan lunak yang namanya saja bahkan sangat sulit untuk dilafalkan oleh gadis 13 tahun ini.
Kisah Keke kemudian ditulis oleh Agnes Danovar dalam sebuah novel dengan judul sama dengan puisinya, lalu difilmkan oleh Skylar Pictures. Film ini dirilis dalam peringatan Hari Kanker Anak Sedunia 2011 bersama Yayasan Onkologi Anak Indonsia (YOAI)di FX Plaza Senayan, Minggu (13/2/2011).
“Kisah Keke ini sangat inspiratif, menunjukkan bahwa anak yang menderita kanker tidak boleh menyerah dan kehilangan semangat. Harus terus berjuang seperti Keke,” kata Dinda Hauw, aktris cilik berusia 14 tahun yang memerankan tokoh Keke di film tersebut.
Selain Keke, masih banyak lagi pengidap kanker yang harus merelakan sebagian impian itu terampas oleh penyakit. Beberapa di antaranya sempat ditemui oleh detikHealth dalam peringatan Hari Kanker Anak Sedunia 2001 dan berikut inilah kisahnya.
Restu (laki-laki, 17 tahun, kanker tulang)Kalau saja Restu tidak jatuh lalu mengalami patah tulang di usia 12 tahun, mungkin saja tumor ganas yang bersarang di tulang kakinya tidak akan ketahuan. Meski tumor itu sudah bisa diangkat, namun ia harus rela kehilangan kaki kanannya yang diamputasi untuk mencegah sel-sel kanker itu terus menyebar.
“Sebelum patah tulang, sama sekali tidak ada tanda-tanda kalau Restu punya kanker. Kalaupun ada keluhan, paling-paling hanya sering merasa ngilu, pegel-pegel,” ungkap Sri Winarti, ibu kandung Restu.
Tidak cukup hanya kehilangan kaki kanan, Restu masih harus menanggung dampak serius dari kemoterapi yang dijalaninya. Sejak tahun 2009, ia mengalami gagal ginjal akibat terlalu banyak mengonsumsi obat kanker sehingga harus rutin melakukan cuci darah sebanyak 2 kali dalam setiap minggu.
Sarno (laki-laki, 9 tahun, kanker mata)Sama seperti Restu, Sarno asal Lampung juga mengetahui dirinya terkena kanker setelah mengalami sebuah kecelakaan. Saat bermain ketapel, peluru milik salah seorang teman nyasar dan mengenai matanya hingga memerah dan terasa perih.
“Sempat periksa ke dokter praktik, tapi beberapa minggu kemudian matanya malah membengkak. Sarno kami bawa ke RSUD Lampung, ternyata ada kanker dan dirujuk ke RS Cipto Mangunkusumo,” tutur Rasidi, kakak Sarno yang setia mendampingi adik bungsunya selama 6 bulan lebih dirawat di Jakarta.
Saat ini Sarno masih harus menjalani kemotrapi dan beberapa kali pemeriksaan, sehingga Rasidi memperkirakan keluarganya belum bisa pulang ke Lampung dalam 6 bulan ke depan. Rasidi cukup tegar dan selalu optimistis Sarno akan sembuh, meski mata kanannya tidak akan pernah bisa melihat lagi karena sudah diangkat.
Denie (laki-laki, baru saja meninggal di usia 20 tahun, leukemia)Hingga berusia 13 tahun, Denie Ramadhan Noerdin adalah remaja yang sangat enerjik dan punya obsesi ingin masuk tim inti bola basket di sekolahnya. Namun sejak didiagnosis menderita kanker darah atau leukemia, Denie harus mulai melupakan impian itu karena dokter melarangnya untuk beraktivitas hingga terlalu letih.
“Setelah dikemoterapi, Denie sebenarnya sempat dinyatakan sembuh. Namun sejak itu dia mengalamirelaps (kumat) 2 kali dan yang terakhir sudah tidak tertolong, Denie wafat 2 Februari 2011. Kondisinya saat relaps yang terahir, testis membesar,” kenang ayah Denie, Tonie Noerdin.
Kendati bertahun-tahun hidup dengan leukemia, Tonie mengakui semangat hidup anak sulungnya itu sangat luar biasa. Meski tidak bisa sekolah dengan normal seperti remaja lain, ia tetap ingin belajar melalui home schooling hingga SMA. Sejak tidak boleh main basket, ia juga menekuni hobi baru yakni fotografi.
(up/ir)
Sumber : detikhealth

Tidak ada komentar:

Posting Komentar