Minggu, 20 November 2011

True Story : Suamiku Mendadak Terkena Stroke

Suami saya seorang sales textile, berdomisili di Bandung dan sering bolak-balik Jakarta untuk visit customer di Tanah Abang.  Setiap kali ditawari asuransi dia selalu menolak karena tidak mengerti apa fungsinya.  Hingga akhirnya teman-teman sesama pedagang membuka pikiran suami saya, dengan mengatakan bahwa jaman sekarang ini adalah keharusan untuk punya asuransi.  Barulah pada tahun 2007 suami saya memutuskan untuk menutup polis, namun karena kurang pemahaman kami akan asuransi, kami malah mengambil asuransi pendidikan untuk anak kami.

Tak lama kemudian,di tahun 2008, bertemulah kami dengan teman yang pernah sekantor dengan kami dan sekarang sudah menjadi seorang financial consultant di Allianz.  Saat beliau menawarkan produk Allianz ke kami, suami  saya mengatakan bahwa kami sudah punya polis asuransi.  Hingga agen tersebut bertanya, apakah kami tahu persis apa yang kami ambil?Saya sungguh bersyukur bahwa teman kami itu tidak langsung give up dalam menjelaskan seperti apakah proteksi asuransi yang ideal itu.  Akhirnya kami mengambil lagi polis dengan benefit dan tertanggung yang tepat, yaitu suami saya sebagai pencari nafkah.

6 bulan kemudian, terjadilah sesuatu yang sungguh tak pernah terbayang bisa terjadi pada keluarga saya.  Saat itu hari sabtu, seperti biasa suami bermain dengan anak kami yang baru berusia  1 tahun.  Kemudian dia beristirahat siang.  Saat bangun tidur, suami merasa penglihatannya tidak jelas dan kabur.  Saya berencana untuk membawanya ke klinik mata di Cicendo.   Namun saat saya melihat, suami saya matanya yang 1 sudah membesar dan yang 1 seperti tertarik ke bawah.  Saya sangat shock waktu itu dan dengan tidak membuang waktu lagi saya langsung membawa suami ke RS. Boromeus.  Sepanjang perjalanan  suami saya sudah tidak sadar.  Di RS dia langsung menjalani CT Scan dan segala pemeriksaan dan hasilnya adalah dia adanya penyumbatan pada batang otak atau stroke.  Dokter berkata, masa kritisnya adalah 7 hari, untuk melihat akan bisa pulih atau tidak.  Saya sangat terpukul saat itu, kekalutan karena  kejadian yang begitu mendadak dan tanpa tanda-tanda.  Juga  ditambah kami masih punya anak yang masih kecil bagaimanakah kehidupan kami setelah ini.  Saya yang tadinya bekerja memutuskan untuk resign karena saya harus fokus dalam mengurus suami dan anak saya.  Saya tidak tahu bagaimana untuk income ke depannya.

Di masa kalut seperti ini, saya ingat saya masih ada harapan karena saya punya polis Allianz. Setelah menilai semua dokumen klaim dan ketentuan di polisnya, karena usia polis baru berusia 6 bulan, maka rawat inap tidak diganti.  Namun , karena sudah melewati masa tunggu 90 hari, maka Benefit Sakit Kritis dibayarkan oleh Allianz sebesar 500 juta dan juga fasilitas auto save, yaitu  tidak perlu lagi membayar premi karena Allianz yang secara otomatis akan membayarkan untuk polis suami dan anak saya.  Anak saya bisa tetap sekolah dan dengan 500 juta, kami bisa memilih dokter yang bagus dan ada uang untuk membayar kebutuhan sehari-hari kami. 

Saat ini kondisi suami sudah semakin membaik dan syukurlah dia tidak lumpuh.  Itu karena penanganan yang sangat cepat.   Hanya mata kiri yang tidak bisa bergerak karena bola matanya ke samping.  Satu lagi, karena masuk dalam ketentuan cacat tetap total, yaitu lumpuh kedua anggota tubuh selama 6 bln, maka klaim Total Permanent Dissability dari polis suami sebesar 500 juta juga keluar.  Saat ini kami baru sadar pentingnya asuransi.  Sungguh tak terbayangkan kalau dulu kami memutuskan untuk tidak mengambil proteksi ini, kami sungguh tidak tahu bagaimana keuangan kami bisa terbantu karena biaya pengobatan yang sangat mahal dan juga biaya hidup yang tinggi di jaman sekarang ini.  Hal ini yangmembuat saya sekarang giat menceritakan ini kepada orang-orang di sekitar saya,  karena  saat kalau bukan kita yang peduli dengan keluarga kita, siapa lagi?

1 komentar:

  1. HARAP EXTRA HATI2 DG ASURANSI ALLI*NZ GAN !!!! Krn pengalaman pribadi ane pas mau masuk rawat inap gampang banget approvalnya, jd pas pilih kamar yg sesuai dg limit asuransi, isi formulir, ditelp sama org RS, langsung approved dan pasien bs langsung masuk kamar. Nah nanti pas mau keluar baru deh mereka sibuk verfikasi ber jam2, nanya2 ke RS telp sana sini, dan setelah 2 jam ujung2nya tagihan ditolak. Aneh kan ? Logikanya pas mau masuk rawat inap kan udah ada diagnosis awal dokter RS, dan harusnya di sisi alli*nz jg ada dokter yg verifikasi apakah diagnosis dr tsb tercover alli*nz atau ga cover ???? Menurut sy mereka ga profesional cara kerjanya, dan ujung2nya sy yg dirugikan dan ga ada gunanya ikut asuransi alli*nz, buang2 duit aja !!!

    BalasHapus